Jumat, 08 Juni 2012

Tim Kerja Solid = Kerja Sukses

Ita, baru saja diangkat menjadi project leader sebuah tim kerja untuk mempersiapkan konser musik yang akan diorganisir oleh sebuah event organizer, tempatnya bekerja. Sayangnya, Ita tak menyangka ia akan bertemu dengan partner kerja, yang menurutnya “tidak bisa mengimbangi” cara kerjanya. “Beda sekali dengan ketika saya masih di divisi yang lama, teman-teman sudah punya visi yang sama tentang apa yang ingin kita dapatkan. Tapi kalau ini, wah saya nyerah deh, sepertinya tiap orang punya keinginan yang berbeda, “keluhnya tentang team yang dipimpinnya saat ini.

Tim kerja merupakan kumpulan yang terdiri atas individu-individu, yang memiliki perbedaan sifat dan kepentingan. Fokus utama seorang leader dalam tim kerja adalah memberi gambaran terhadap tujuan serta menyamakan visi dari setiap individu agar tujuan bisa tercapai. Alur kerjasama dan pembagian tugas yang pada prakteknya adalah sesuatu yang sensitif, sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah tim kerja yang solid.

Percaya atau tidak, seringkali leader-lah yang menjadi sorotan utama keberhasilan atau kegagalan pekerjaan tim yang dipimpinnya. Kita lanjutkan dengan kisah Ita tadi, “Bos terlanjur mengecap bahwa Sayalah yang tidak bisa meng-handle teman-teman. Padahal kenyataannya, mereka yang tidak menjalankan apa yang sudah diinstruksikan.” Sebenarnya ‘mencari kambing hitam’ tak perlu dilakukan, toh…penilaian sudah dilakukan. Justru, Anda harus segera ‘menanggalkan’ status leader untuk sementara waktu dan berusaha mencari tahu masalah internal apa yang sebenarnya terjadi dalam tim kerja ini.

Gary S. Topchik, pengarang Managing Workplace Negativity, mengatakan terkadang ‘aura negatif’ tidak datang dari leader tetapi bisa juga dari ‘anak buah’. Seribu satu cara bakal mereka lakukan demi mencapai kepentingannya masing-masing. Tak perlu bingung menghadapi ‘anak buah’ yang seperti ini, sebaliknya coba lakukan beberapa strategi berikut:

Kenali individu yang membawa ‘aura negatif’ di tim Anda. Pakailah intuisi untuk mengenali pribadi masing-masing anggota tim. Perlu ekstra kerja keras memang… jangan lupa untuk mengeyampingkan subjektifitas pribadi.
Mencari akar permasalahan. Faktor permasalahan bisa timbul dari beberapa hal. Misalnya, masalah pribadi individu, suasana kerja yang tidak nyaman atau tingkat pekerjaan yang sulit. Strateginya adalah berempati terhadap apa yang dihadapi anggota tim. Misalnya “Kamu kelihatan stress, ada yang bisa saya bantu?”

Kenali individu yang membawa ‘aura negatif’ di tim Anda. Pakailah intuisi untuk mengenali pribadi masing-masing anggota tim. Perlu ekstra kerja keras memang… jangan lupa untuk mengeyampingkan subjektifitas pribadi.
Mencari akar permasalahan. Faktor permasalahan bisa timbul dari beberapa hal. Misalnya, masalah pribadi individu, suasana kerja yang tidak nyaman atau tingkat pekerjaan yang sulit. Strateginya adalah berempati terhadap apa yang dihadapi anggota tim. Misalnya “Kamu kelihatan stress, ada yang bisa saya bantu?”

Selasa, 08 Mei 2012

Pertanyaan Wawancara Kerja

Pertanyaan Wawancara Kerja: Apa saja pertanyaan umum menghadapi pertanyaan wawancara kerja? Karena sebaik apapun berkas lamaran yang telah dipersiapkan apabila tidak didukung oleh kesiapan menghadapi pertanyaan wawancara kerja dam kemampuan mengemas performansi anda secara keseluruhan maka pasti hasilnya tidak memuaskan. Proses ini sering menjadi babak penentu keberhasilan atau kegagalan menghadapi wawancara untuk melangkah ke proses lamaran kerja selanjutnya.

Berapa gaji yang anda minta ?
Bila dalam wawancara, Anda ditanya berapa gaji yang anda inginkan, bagaimana cara menjawab pertanyaan itu dengan baik tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda pencari gaji tinggi atau memberi kesan berapapun imbalan yang diberikan Anda mau.

Pada umumnya perusahaan sudah mempunyai rentang standar gaji untuk jabatan -jabatan yang ditawarkan. Bagi pelamar untuk posisi yang lebih tinggi dan langka biasanya memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih tinggi.
Jadi dalam menjawab pertanyaan wawancara kerja tersebut anda harus memperoleh gambaran dulu imbalan total yang akan anda terima dalam setahun. Imbalan total adalah gaji dan tunjangan lain yang diberikan termasuk insentif dan bonus. Selain itu perlu ditanyakan apakah imbalan yang ditawarkan itu termasuk PPH atau netto.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut jawablah imbalan yang anda harapkan setahun. Berdasarkan harga pasar yang sesuai untuk jabatan tersebut serta nilai tambah yang anda miliki.

Jawablah dengan diplomatis: "Saya berpendapat perusahaan ini pasti sudah mempunyai standar imbalan bagi jabatan ini. Berdasarkan pengalaman yang saya miliki dan kontribusi yang dapat saya berikan pada perusahaan ini, saya mengharapkan imbalan yang akan diberikan adalah minimal Rp. …/tahun ditambah fasilitas-fasilitas lain sesuai dengan peraturan perusahaan."
Negosiasi mengenai gaji pada saat ini tidak lagi dipandang tabu oleh sebagian besar perusahaan, namun anda diharapkan mengumpulkan informasi dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik.

Variasi Pertanyaan Wawancara Kerja
Bagi pelamar terutama bagi pemula pencari kerja perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan wawancara kerja yang akan dihadapi. Berikut ini kami berikan variasi-variasi pertanyaan wawancara kerja yang kerap muncul dalam wawancara

Pertanyaan Wawancara Kerja: Mengenai riwayat pendidikan :

  1. Mengapa anda memilih jurusan tersebut?
  2. Mata pelajaran apa yang anda paling suka, jelaskan alasannya.
  3. Mata pelajaran apa yang kurang anda sukai, jelaskan alasannya.
  4. Pada tingkat pendidikan mana anda merasa paling berprestasi, mengapa?
  5. Apakah hasil ujian menggambarkan potensi anda, jelaskan?
  6. Siapakah yang membiayai studi anda?
  7. Bagaimana teman-teman atau guru mengambarkan mengenai diri anda?
  8. Dalam lingkungan macam apakah anda merasa dapat bekerja paling baik?
Pertanyaan mengenai pengalaman kerja :
  1. Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda
  2. Bagi yang belum pernah bekerja pada umumnya diminta untuk menceritakan mengenai aktivitas ekstra kurikuler selama studi
  3. Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda, mohon dijelaskan.
  4. Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda dan bagaimana anda menyelesaikan hal tersebut
  5. Dengan kolega macam apakah anda senang bekerja sama?
  6. Dengan boss macam apakah anda senang bekerja?
  7. Bagaimanakah anda memperlakuan anak buah anda?
Pertanyaan Wawancara Kerja : Mengenai sasaran anda :
  1. Mengapa anda ingin bekerja dalam industri ini?
  2. Apakah yang mendorong anda melamar kepada perusahaan kami?
  3. Apakah yang anda inginkan dalam 5 tahun mendatang?
  4. Apakah yang anda inginkan dalam hidup anda?
  5. Apa yang anda lakukan untuk mencapai sasaran anda?
Pertanyaan mengenai organisasi yang ingin anda masuki :
  1. Apakah yang anda ketahui tentang organisasi yang akan anda masuki?
  2. Menurut anda faktor faktor sukses apa yang dibutuhkan seseorang untuk bekerja disini?
  3. Apakah yang anda cari dalam bekerja?
  4. Bagaimana anda dapat berkontribusi dalam perusahaan ini?
  5. Menurut anda apa visi dan misi dari organisasi ini?
Pertanyaan wawancara kerja yang perlu dicermati :
  1. Tolong buka jendela tersebut ( ada tanda “sedang dicat mohon ditutup”)
  2. Kita lanjutkan wawancara ini tanggal 27 Desember 2000 (lebaran).

Tips Wawancara Kerja

Jika Anda pernah membaca beragam buku mengenai wawancara kerja, Anda akan mendapati daftar pertanyaan dan jawaban saat wawancara kerja untuk diingat dan dihafal. Namun, perlu Anda ketahui, bahwa wawancara kerja bukanlah interogasi, melainkan sebuah percakapan. Untuk membuat wawancara kerja selayaknya percakapan, Anda perlu mempersenjatai diri dengan cerita-cerita kecil tentang kehidupan profesional dan personal Anda.

Ketika Anda datang ke sebuah wawancara kerja, Anda perlu menanggalkan rasa gugup di pintu depan. Hal terbaik untuk mempersiapkan diri adalah dengan menjadi diri sendiri. Cara terbaik untuk menjadi diri sendiri adalah dengan menceritakan kisah Anda sendiri. Ini akan semakin baik untuk wawancara berdasarkan kompetensi yang belakangan ini makin banyak dilakukan.

Dalam wawancara kerja tradisional, si pewawancara kerja akan menanyakan pertanyaan yang memfokuskan kepada keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Wawancara kerja berbasis kompetensi akan menyelami tentang diri Anda dengan menanyakan seputar karakter dan atribut diri yang mencari kecocokkan antara Anda dan kultur perusahaan. Hal ini disebut sebagai kompetensi sikap. Pewawancara kerja yang menggunakan metode ini akan menggunakan setengah waktu saat wawancara untuk menanyakan kemampuan dan setengahnya lagi mengenai kompetensi sikap. Ia akan mencari bukti bagaimana sikap Anda selama ini.

Pewawancara kerja harus mencari tahu:
- Apakah Anda adalah aset atau beban untuk perusahaan? Dalam kata lain, apakah Anda akan mencetak uang atau menyimpan uang untuk perusahaan?
- Apakah Anda team player? Apakah Anda bisa masuk ke dalam hierarki perusahaan atau menjadi batu sandungan? Mampukah Anda menerima atau memberi perintah?
- Mungkinkah Anda masuk ke dalam kultur perusahaan? Mereka tak butuh seorang "putri".

Salah satu cara terbarik untuk menjawab kebutuhan si pewawancara tersebut, cobalah ambil inisiatif dan ceritakan kisah-kisah pribadi yang bisa Anda ceritakan, kira-kira ambil waktu 30 - 90 detik untuk masing-masing. Anda bisa memulai membangun cerita Anda lewat 7 area berikut:
  1. Saat Anda berhasil membuat atau menghemat uang perusahaan tempat Anda bekerja dulu.
  2. Sebuah krisis diri yang Anda hadapi kala di pekerjaan lama, dan bagaimana Anda merespon atau berhasil melaluinya.
  3. Cerita ketika Anda menjadi bagian dalam sebuah tim kerja dan apa kontribusi Anda.
  4. Ketika Anda bekerja dan berhasil melewati stres.
  5. Kisah ketika Anda berhasil memimpin sebuah proyek, atau kisah mengenai kemampuan Anda untuk menjadi seorang pimpinan.
  6. Kegagalan yang terjadi di pekerjaan Anda dan bagaimana melewatinya.
  7. Sebuah kejadian luar biasa yang terjadi selama karier dan mengakibatkan Anda harus mengubah haluan, dan betapa hal tersebut sudah mengubah Anda.

Strategi Bertahan Pada saat Perusahaan Merger

Apa yang akan Anda lakukan kalau saja perusahaan, tempat Anda bekerja saat ini, tengah ditempa rumour yang tidak enak, seperti pemuttsan hubungan kerja (PHK), pengurangan jumah karyawan termasuk merger perusahaan. Seperti kekhawatiran salah satu karyawati di salah satu perusahaan telekomunikasi, “Perusahaan kita bakal di-merger  nih…wah tampaknya aku harus siap-siap cari kerjaan baru  nih, sebelum kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba!, “ ujar Lila dengan wajah cemas.
Di artikel sebelumnya, sudah dibahas “Alasan-alasan apa yang menyebabkan perusahaan memutuskan untuk merger ?”
Nah, sekarang Anda bisa dapatkan bekal seputar survival kits untuk menghadapi kemungkinan jika Anda ternyata harus mengalami hal yang sama. Jeffrey Caponigro dalam bukunya Crisis Counselor (Barker Business Books, 1998), mengemukakan ada 10 hal yang bisa dilakukan, yaitu :
Dapatkan informasi yang jelas seputar rencana merger dari pihak manajerial yang berwenang. Biasanya, divisi internal public relation akan mengeluarkan sebuah newsletter yang menjelaskan alasan dan rencana dari perusahaan jika merger dilakukan. Kalau newsletter tidak ada, coba cek papan pengumuman di kantor atau e-mail Anda. Mungkin akan ada undangan rapat akbar untuk seluruh karyawan, membicarakan hal ini.
Pastikan tujuan dan jenis merger yang dilakukan. Kalau hanya digabung dengan patrner company, mungkin tidak perlu khawatir, karena Anda bisa tetap berada posisi yang sama. Tapi, bisa jadi merger berarti penggabungan sekaligus penyederhanaan jumlah karyawan. Kalau ini yang terjadi, Anda harus terus mengikuti perkembangan dari informasi terbaru.
Ads: Lowongan kerja Bank, lowongan kerja di jakarta coba klik di klikkarir.com
Hadiri undangan rapat yang diadakan pihak manajerial untuk mendapatkan info yang benar dan jelas. Jangan langsung percaya pada gosip yang beredar. Perlu diketahui pihak manajerial pasti juga kan berniat untuk memperbaiki keadaan perusahaan.
Bila atasan meminta Anda memberikan saran untuk perusahaan, ajukan ide Anda disertai argumentasi yang kuat. Tak ada salahnya menekankan bahwa pihak manajerial perlu memikirkan nasib karyawan jika merger dilakukan.
Tetap melakukan pekerjaan seperti biasa dan menampilkan performa kerja yang baik. Tidak ada alasan meninggalkan job description yang telah diberikan oleh atasan. Siapa tahu ketika evaluasi terakhir, Anda akan mendapat nilai baik untuk tetap berada posisi yang Anda jalani saat ini.
Tawarkan ‘nilai jual’ dari departemen atau divisi Anda. Karena, biar bagaimana pun perusahaan merger sering melakukan efisiensi pada jumlah departemennya. Jadi lihat dengan realistis, apa yang bisa ditawarkan oleh divisi Anda, yang tidak dimiliki oleh divisi yang lain.
Lihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa Anda dapatkan. Misalnya, ketika terjadi penggabungan dua perusahaan, mungkin Anda bisa ditransfer ke divisi yang job description-nya paling tidak mirip dengan yang pernah Anda kerjakan di perusahaan lama. Coba jalin hubungan baik dengan karyawan-karyawan di perusahaan merger yang baru.
Jalin komunikasi dengan pihak manajerial perusahaan merger yang baru. Tapi hati-hati dengan status ‘si penjilat’. Bisa-bisa teman sekantor mencurigai Anda sedang mengambil hati manajer yang baru. Anda bisa memulai dengan bertanya tentang rencana merger dan informasi seputar perusahaan. Tapi, jangan lupa untuk tetap berkomunikasi dengan manajer lama, ini akan membuat ia tidak merasa ‘Anda langkahi’.
Untuk tindakan waspada, tidak ada salahnya untuk mulai mencari pekerjaan baru. Perlu diingat jangan terlalu ‘panik’ menghadapi rituasi ini. Karena keadaan perusahaan sedang ‘over sensitive’ sebaiknya sikap tenang tapi waspada perlu dimiliki.
Pastikan perusahaan baru yaitu tempat tujuan Anda yang baru tidak akan mengalami hal yang sama. Hal ini bisa Anda dapatkan dengan mengumpulkan berbagai informasi, apakah dari karyawan perusahaan tersebut, via internet, company profile perusahaan dan media massa. Biasanya media ‘cepat menangkap’ kasus merger perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan besar.

3 Langkah Mencapai Karir yang anda Impikan

Ikuti langkah2 berikut, dan dapatkan karir impian anda
Rasanya aku mulai bosan deh dengan pekerjaan sekarang. Banyak hal yang tak sesuai bayangan. Bagaimana ya agar kita dapat menggeluti pekerjaan yang sesuai dengan keinginan?” tanya Sanika (30) kepada sahabatnya.
Banyak orang merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan lama kelamaan semakin terasa tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya. Entah karena karakter pribadinya, kebijakan dan peraturan perusahaan atau industrinya sendiri.
“Namun dengan bekal sikap yang lebih gigih dan berusaha untuk fleksibel, sebenarnya Anda dapat memiliki pekerjaan yang diinginkan, tanpa harus menyesal di kemudian hari,” ujar Kevin Donlin, Managing Editor 1 Day Resumes dan juga penulis buku “Resume and Cover Letter Secrets Revealed,” a do-it-yourself manual that will help you find a job in 30 days…or your money back.
Bagaimana kalau Anda menyimak beberapa hal di bawah ini, siapa tahu bisa berguna!
1) Spesifikasikan Pekerjaan Ideal Anda
Apakah Anda ingin bekerja dalam lingkungan berteknologi tinggi? Keuangan Internasional? Atau lowongan Pemasaran? Jika pilihan sudah ditentukan, mulailah mengidentifikasi beberapa posisi dan rencana pengembangan karier yang sesuai. Jika hal tersebut tidak juga bisa dilakukan, paling tidak tulislah 3-4 keahlian yang Anda miliki. Mengapa demikian? Karena seseorang tidak bisa mencapai target yang tidak visible. “Waktu pertama kali mulai melamar pekerjaan, saya membuat ‘daftar’ tentang keahlian-keahlian yang saya miliki dan sukai. Dan ternyata itu amat berguna untuk jadi pemandu kita saat melamar kerja,” ujar Lira (29) seorang PR Consultant.
2) Berusahalah Lebih Keras
Lakukan riset melalui internet untuk mempelajari lebih jauh persahaan yang Anda jadikan target, mulai dari permasalahannya samp`i pesaingnya. Lalu sediakan beberapa solusi (untuk berjaga-jaga) yang bisa Anda berikan pada perusahaan tersebut jika dibutuhkan. Saat Anda dipanggil untuk wawancara, si pewawancara akan melihat langsung keseriusan Anda dalam mempersiapkan diri untuk mengisi posisi yang tepat di tempatnya.
3) Bersikaplah Fleksibel
Pertimbangkan juga untuk menerima pekerjaan yang (meskipun) sifatnya hanya sementara. Tapi yakinkan dulu bahwa pekerjaan itu masuk ‘daftar’ perusahaan yang setidaknya hampir dekat dengan keinginan Anda. Saat Anda diterima, gunakan waktu kerja seefektif mungkin sehingga mudah bagi manajemen untuk mempdrtimbangkan Anda sebagai orang yang layak dipromosikan untuk selanjutnya.

Menangkan Hati Atasan Anda di kantor dalam 10 menit

“Apalagi yang mesti aku lakukan agar Pak Daniel puas terhadap hasil kerjaku? Rasanya semua tugas selalu kuselesaikan sesuai deadline deh, tapi si bos itu masih saja kelihatan tidak puas,” ungkap Yeni (28) seorang Account Executive pada Andin, sahabatnya di kantor
Mungkin hal ini juga sering Anda alami? Merasa sudah bekerja maksimal tapi saat dipanggil untuk promosi, bukan nama Anda yang tertera. Saat penyesuaian gaji kepada karyawan, bukan Anda juga yang dipanggil. Lalu apa sebenarnya salah Anda? Tak perlu kecil hati jika ‘masalah’ ini menimpa Anda, karena bisa jadi Anda belum melakukan ‘semuanya’ yang dituntut secara tidak tertulis oleh atasan kepada bawahannya!:
Untuk ‘memperluas’ wawasan Anda mengenai bagaimana sebenarnya tipe karyawan yang disukai oleh para atasan, Anda bisa menyimak petikan berikut
Karyawan dengan Inisiatif Tinggi Inisiatif yang tinggi adalah faktor vital yang diperlukan dalam diri seorang individu yang telah menjadi pekerja kantoran. Selain baik untuk dirinya, lewat inisiatiflah, kontribusi karyawan akan sangat terasa, terutama dalam memperingan beban kerja si atasan.
“Akhirnya bisa juga saya membaca e-mail yang penting-penting saja tanpa perlu men-delete junk mail yang masuk. Setelah saya cek salah satu staff, ternyata ia menyortir junk mail yang datang memenuhi mailbox,” ujar Lova (29) seorang Assistant Finance Director sebuah perusahaan lokal.
Karyawan Bebas Gosip
Gosip itu menyenangkan apabila dilakukan di tempat yang tepat. Tapi apabila dilakukan di kantor, jangan harap pujian bakal datang karena Anda telah merasa ‘sukses’ membawa berita baru untuk rekan sekantor. Walau kita kerap tak terasa, ternyata hal ini sering dikeluhkan oleh atasan terhadap anak buahnya yang sangat antusias mencuri waktu untuk bergosip di tengah-tengah waktu kerja. “Dari tiga orang copywriter yang saya bawahi, ada satu orang yang seringkali tak pernah ada di mejanya saat saya membutuhkannya. Usut punya usut, ternyata kebiasaan nona satu itu bertengger di meja temannya dan sibuk berkomat-kamit. Selain tidak optimal produktifitasnya, lama-kelamaan saya lebih tenang dan yakin menugaskan yang dua lainnya ketimbang dia,” papar Manda (30).
Karyawan yang Luwes Bekerja dalam Tim. “Saat mendapatkan sebuah deadline yang terlanggar, ternyata Peggy salah satu staff saya yang jadi penyebabnya. Ia tidak bersedia berkompromi untuk satu hal demi kelancaran tugas dalam tim,” ungkap Janti (31), seorang Product Manager busana impor. Atasan tidak akan memasukkan nama Anda dalam daftar karyawan berperforma baik jika ia adalah seorang yang susah diajak bekerja sama dalam tim.
Karyawan yang Bekerja secara Efisien
“Saya suka anak buah yang melakukan pekerjaan dengan cepat dan efisien, yang tidak perlu menghabiskan waktu berlama-lama hanya untuk mengerjakan satu jenis tugas. Apalagi yang melibatkan saya untuk mengingatkan deadline pekerjaannya sendiri,” ujar Dewi (33), seorang Project Coordinator sebuah perusahaan asing. Usahakan bekerja secara sistematis dan berdasarkan skala prioritas agar target Anda terpenuhi. Jika terlalu banyak pekerjaan yang datang secara bersamaan, jangan segan menanyakan kepada atasan mana yang mesti Anda kerjakan terlebih dulu.
Karyawan yang Tanggap Terhadap Instruksi Atasan
Banyak karyawan yang tidak cepat tanggap atau salah menginterpretasikan instruksi atasan. Pergunakan ilmu ‘mendengar’ seoptimal mungkin saat atasan mendelegasikan satu pekerjaan pada Anda. Simpulkan instruksinya sekali lagi sebelum Anda meninggalkan ruangannya agar tak terjadi salah interpretasi.
Nah, tunggu apa lagi untuk berbenah diri?

Kriteria Lingkungan Kerja Ideal

Pada akhir pekan, bila kita membaca koran, akan terlihat bagaimana
perusahaan atau organisasi nirlaba berlomba mencari pekerja andal. Dan
setiap iklan sudah pasti mencantumkan karakteristik atau prasyarat yang
dicari dari calon pegawai. Memang, intinya, karakteristik calon pegawai
yang dicari mirip satu sama lain sehingga peluang di antara mereka
tampak semakin besar. Akan tetapi, mengapa tidak ada yang berpikir untuk
beriklan mencari tempat kerja yang diinginkan? Misalnya, ?Pegawai
berdedikasi tinggi, dengan pengalaman mendalam, mencari perusahaan
idaman.? Bukankah seharusnya bersifat dua arah? /
Pada akhir pekan, bila kita membaca koran, akan terlihat bagaimana
perusahaan atau organisasi nirlaba berlomba mencari pekerja andal. Dan
setiap iklan sudah pasti mencantumkan karakteristik atau prasyarat yang
dicari dari calon pegawai. Memang, intinya, karakteristik calon pegawai
yang dicari mirip satu sama lain sehingga peluang di antara mereka
tampak semakin besar. Akan tetapi, mengapa tidak ada yang berpikir untuk
beriklan mencari tempat kerja yang diinginkan? Misalnya, ?Pegawai
berdedikasi tinggi, dengan pengalaman mendalam, mencari perusahaan
idaman.? Bukankah seharusnya bersifat dua arah?
Jarang perusahaan menunjukkan daya jualnya, karena mereka sangat fokus
pada mencari individu. Tulisan seperti ?Kesempatan pelatihan ke luar
negeri?, ?Bonus berkala?, atau ?Remunerasi kompetitif?, jarang terlihat.
Perusahaan dianggap cukup menunjukkan apakah mereka berskala nasional
atau internasional, memberi tantangan, atau sekadar menunjukan visi dan
misinya sebagai entitas bisnis. Porsi menjual diri mungkin hanya 10%
dari porsi mencari siapa. Padahal, perlu juga memaparkan bahwa
perusahaan memang layak dicari para calon pegawai.
Jadi, apa yang sebenarnya dicari para calon pegawai?
Berdasarkan survei Accenture, karakteristik populer perusahaan yang
dicari para pencari kerja baru atau berpengalaman ternyata tak terlalu
muluk dan tak jauh dari sekadar mencari hal berikut: apakah perusahaan
menawarkan pekerjaan menarik, memberikan penghargaan dan kesempatan
mendapatkan kenaikan pangkat/promosi. Jadi, semua pencari kerja masih
meinginginkan karakteristik tradisional yang selama ini dijanjikan para
penyedia kerja/ pemberi kerja.
Hasil tersebut merupakan analisis dari penelitian online terhadap lebih
dari 4.100 calon lulusan S-1 atau calon pekerja pemula dan pegawai
berpengalaman untuk memahami prioritas para pencari kerja di 21 negara
di lima benua (termasuk Indonesia) dalam kurun November 2005-Maret 2006.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui apakah
perusahaan-perusahaan masih tetap kompetitif dan relevan menjalankan
program-program menarik pekerja terbaik, serta mengidentifikasi
tujuan-tujuan penting yang dicari calon pekerja yang baru tamat kuliah
dan memiliki pengalaman kerja di atas dua tahun.
Ads: lowongan kerja terbaru dan info karir dapat dilihat pada klikkarir.com
Di luar aspek ?tawaran pekerjaan menarik? serta ?kesempatan naik
pangkat?, penemuan lainnya adalah pencari kerja tidak menempatkan nilai
tinggi untuk program-program populer seperti /corporate citizenship/
atau kemasyarakatan korporasi (istilah tren saat ini: /corporate social
responsibility//CSR), dan diversitas sebagaimana halnya manfaat
tradisional seperti program-program penghargaan yang proaktif dan
kesempatan tumbuh bagi individu.
Tak mengherankan, hasil penelitian menunjukkan bahwa ?kerja yang
menantang dan menarik? merupakan karakteristik penting yang dicari
pemburu kerja (mencapai 60% dari responden). Sementara itu, 58%
responden menyatakan ?menghargai individu potensial dan mengakui
keberhasilannya? sebagai karakter yang tak kalah penting.
Bila selanjutnya mengurut lima karakteristik tertinggi untuk hal-hal
yang menarik para pencari kerja, di nomor tiga adalah ?kesempatan
memiliki karier yang tumbuh cepat? (44%); keempat adalah indikasi bahwa
tempat bekerja sudah mapan atau terkemuka sehingga menjanjikan kepastian
kerja jangka panjang (42%); dan kelima, indikasi bahwa perusahaan
memiliki fokus pada anggotanya (42%). Lengkapnya, lihat Tabel berikut ini.
Karakteristik Pemberi Kerja | % Responden dalam Menentukan Karakteristik
Prioritas
1. Pekerjaan yang menarik dan menantang | 60%
2. Menghargai dan mengakui hasil kerja | 58%
3. Kesempatan pertumbuhan dan peningkatan karier | 44%
4. Memiliki kemampuan finansial dan mampu bertahan lama | 42%
5. Menekankan pentingnya manusia | 42%
6. Menawarkan pengaturan kerja yang fleksibel | 41%
7. Inovatif | 33%
8. Dapat didekati/terbuka | 27%
9. Lingkungan kerja kelompok | 27%
10. Perusahaan global | 26%
11. Menawarkan beragam kerja | 26%
12. Pandai | 21%
13. Lingkungan kerja kolaboratif | 17%
14. Komitmen terhadap pengembangan komunitas | 16%
15. Angkatan kerja yang beragam/diversitas | 16%
Yang menarik, apa yang dicari calon pegawai antargeografi ternyata sama,
baik itu di negara berkembang maupun maju. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam era globalisasi, bukan lagi yang dicari sekadar bisa bekerja, akan
tetapi sejauh mana kesempatan bagi individu dapat mengembangkan diri.
Ads: artikel lainnya mengenai lowongan pekerjaan dapat Anda lihat pada klikkarir.com
Hal lain yang berbeda adalah sikap pegawai bila telah bekerja dan
perspektif mereka yang ingin masuk. Misalnya, untuk CSR dan diversitas.
Berdasarkan survei internal Accenture kepada pegawainya, saat ditanya
?Apa yang membuat Anda tetap tertarik bekerja??, maka mereka mengatakan
bahwa ?Perusahaan memiliki perhatian sosial (balik ke CSR lagi) dan
menghargai keragaman pegawai?. Sikap seperti ini tampaknya terjadi
karena mereka sudah paham bahwa perusahaan memang memberi kesempatan
peningkatan karier dan pengalaman kerja menarik. Jadi, memang akan
berubah bila telah memahami budaya organisasi.
Secara singkat, apa maknanya? Kita akhirnya harus memilih pesan yang
relevan untuk mencari pegawai potensial, dan mereka ini tidak dapat
disamakan kebutuhannya dengan pegawai yang sudah bekerja di perusahaan
kita. /Tailored messages/ menjadi bagian penting untuk mencapai tujuan
melakukan rekrutmen.
Jadi, perlu dipikirkan, apakah perusahaan Anda memiliki karakteristik
idaman sebagai tempat kerja yang layak?
Oleh : Neneng Goenadi
*Executive Partner dari Accenture yang bertanggung jawab untuk industri
sumber daya* swa.co.id