Jumat, 08 Juni 2012

Tim Kerja Solid = Kerja Sukses

Ita, baru saja diangkat menjadi project leader sebuah tim kerja untuk mempersiapkan konser musik yang akan diorganisir oleh sebuah event organizer, tempatnya bekerja. Sayangnya, Ita tak menyangka ia akan bertemu dengan partner kerja, yang menurutnya “tidak bisa mengimbangi” cara kerjanya. “Beda sekali dengan ketika saya masih di divisi yang lama, teman-teman sudah punya visi yang sama tentang apa yang ingin kita dapatkan. Tapi kalau ini, wah saya nyerah deh, sepertinya tiap orang punya keinginan yang berbeda, “keluhnya tentang team yang dipimpinnya saat ini.

Tim kerja merupakan kumpulan yang terdiri atas individu-individu, yang memiliki perbedaan sifat dan kepentingan. Fokus utama seorang leader dalam tim kerja adalah memberi gambaran terhadap tujuan serta menyamakan visi dari setiap individu agar tujuan bisa tercapai. Alur kerjasama dan pembagian tugas yang pada prakteknya adalah sesuatu yang sensitif, sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah tim kerja yang solid.

Percaya atau tidak, seringkali leader-lah yang menjadi sorotan utama keberhasilan atau kegagalan pekerjaan tim yang dipimpinnya. Kita lanjutkan dengan kisah Ita tadi, “Bos terlanjur mengecap bahwa Sayalah yang tidak bisa meng-handle teman-teman. Padahal kenyataannya, mereka yang tidak menjalankan apa yang sudah diinstruksikan.” Sebenarnya ‘mencari kambing hitam’ tak perlu dilakukan, toh…penilaian sudah dilakukan. Justru, Anda harus segera ‘menanggalkan’ status leader untuk sementara waktu dan berusaha mencari tahu masalah internal apa yang sebenarnya terjadi dalam tim kerja ini.

Gary S. Topchik, pengarang Managing Workplace Negativity, mengatakan terkadang ‘aura negatif’ tidak datang dari leader tetapi bisa juga dari ‘anak buah’. Seribu satu cara bakal mereka lakukan demi mencapai kepentingannya masing-masing. Tak perlu bingung menghadapi ‘anak buah’ yang seperti ini, sebaliknya coba lakukan beberapa strategi berikut:

Kenali individu yang membawa ‘aura negatif’ di tim Anda. Pakailah intuisi untuk mengenali pribadi masing-masing anggota tim. Perlu ekstra kerja keras memang… jangan lupa untuk mengeyampingkan subjektifitas pribadi.
Mencari akar permasalahan. Faktor permasalahan bisa timbul dari beberapa hal. Misalnya, masalah pribadi individu, suasana kerja yang tidak nyaman atau tingkat pekerjaan yang sulit. Strateginya adalah berempati terhadap apa yang dihadapi anggota tim. Misalnya “Kamu kelihatan stress, ada yang bisa saya bantu?”

Kenali individu yang membawa ‘aura negatif’ di tim Anda. Pakailah intuisi untuk mengenali pribadi masing-masing anggota tim. Perlu ekstra kerja keras memang… jangan lupa untuk mengeyampingkan subjektifitas pribadi.
Mencari akar permasalahan. Faktor permasalahan bisa timbul dari beberapa hal. Misalnya, masalah pribadi individu, suasana kerja yang tidak nyaman atau tingkat pekerjaan yang sulit. Strateginya adalah berempati terhadap apa yang dihadapi anggota tim. Misalnya “Kamu kelihatan stress, ada yang bisa saya bantu?”

Selasa, 08 Mei 2012

Pertanyaan Wawancara Kerja

Pertanyaan Wawancara Kerja: Apa saja pertanyaan umum menghadapi pertanyaan wawancara kerja? Karena sebaik apapun berkas lamaran yang telah dipersiapkan apabila tidak didukung oleh kesiapan menghadapi pertanyaan wawancara kerja dam kemampuan mengemas performansi anda secara keseluruhan maka pasti hasilnya tidak memuaskan. Proses ini sering menjadi babak penentu keberhasilan atau kegagalan menghadapi wawancara untuk melangkah ke proses lamaran kerja selanjutnya.

Berapa gaji yang anda minta ?
Bila dalam wawancara, Anda ditanya berapa gaji yang anda inginkan, bagaimana cara menjawab pertanyaan itu dengan baik tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda pencari gaji tinggi atau memberi kesan berapapun imbalan yang diberikan Anda mau.

Pada umumnya perusahaan sudah mempunyai rentang standar gaji untuk jabatan -jabatan yang ditawarkan. Bagi pelamar untuk posisi yang lebih tinggi dan langka biasanya memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih tinggi.
Jadi dalam menjawab pertanyaan wawancara kerja tersebut anda harus memperoleh gambaran dulu imbalan total yang akan anda terima dalam setahun. Imbalan total adalah gaji dan tunjangan lain yang diberikan termasuk insentif dan bonus. Selain itu perlu ditanyakan apakah imbalan yang ditawarkan itu termasuk PPH atau netto.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut jawablah imbalan yang anda harapkan setahun. Berdasarkan harga pasar yang sesuai untuk jabatan tersebut serta nilai tambah yang anda miliki.

Jawablah dengan diplomatis: "Saya berpendapat perusahaan ini pasti sudah mempunyai standar imbalan bagi jabatan ini. Berdasarkan pengalaman yang saya miliki dan kontribusi yang dapat saya berikan pada perusahaan ini, saya mengharapkan imbalan yang akan diberikan adalah minimal Rp. …/tahun ditambah fasilitas-fasilitas lain sesuai dengan peraturan perusahaan."
Negosiasi mengenai gaji pada saat ini tidak lagi dipandang tabu oleh sebagian besar perusahaan, namun anda diharapkan mengumpulkan informasi dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik.

Variasi Pertanyaan Wawancara Kerja
Bagi pelamar terutama bagi pemula pencari kerja perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan wawancara kerja yang akan dihadapi. Berikut ini kami berikan variasi-variasi pertanyaan wawancara kerja yang kerap muncul dalam wawancara

Pertanyaan Wawancara Kerja: Mengenai riwayat pendidikan :

  1. Mengapa anda memilih jurusan tersebut?
  2. Mata pelajaran apa yang anda paling suka, jelaskan alasannya.
  3. Mata pelajaran apa yang kurang anda sukai, jelaskan alasannya.
  4. Pada tingkat pendidikan mana anda merasa paling berprestasi, mengapa?
  5. Apakah hasil ujian menggambarkan potensi anda, jelaskan?
  6. Siapakah yang membiayai studi anda?
  7. Bagaimana teman-teman atau guru mengambarkan mengenai diri anda?
  8. Dalam lingkungan macam apakah anda merasa dapat bekerja paling baik?
Pertanyaan mengenai pengalaman kerja :
  1. Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda
  2. Bagi yang belum pernah bekerja pada umumnya diminta untuk menceritakan mengenai aktivitas ekstra kurikuler selama studi
  3. Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda, mohon dijelaskan.
  4. Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda dan bagaimana anda menyelesaikan hal tersebut
  5. Dengan kolega macam apakah anda senang bekerja sama?
  6. Dengan boss macam apakah anda senang bekerja?
  7. Bagaimanakah anda memperlakuan anak buah anda?
Pertanyaan Wawancara Kerja : Mengenai sasaran anda :
  1. Mengapa anda ingin bekerja dalam industri ini?
  2. Apakah yang mendorong anda melamar kepada perusahaan kami?
  3. Apakah yang anda inginkan dalam 5 tahun mendatang?
  4. Apakah yang anda inginkan dalam hidup anda?
  5. Apa yang anda lakukan untuk mencapai sasaran anda?
Pertanyaan mengenai organisasi yang ingin anda masuki :
  1. Apakah yang anda ketahui tentang organisasi yang akan anda masuki?
  2. Menurut anda faktor faktor sukses apa yang dibutuhkan seseorang untuk bekerja disini?
  3. Apakah yang anda cari dalam bekerja?
  4. Bagaimana anda dapat berkontribusi dalam perusahaan ini?
  5. Menurut anda apa visi dan misi dari organisasi ini?
Pertanyaan wawancara kerja yang perlu dicermati :
  1. Tolong buka jendela tersebut ( ada tanda “sedang dicat mohon ditutup”)
  2. Kita lanjutkan wawancara ini tanggal 27 Desember 2000 (lebaran).

Tips Wawancara Kerja

Jika Anda pernah membaca beragam buku mengenai wawancara kerja, Anda akan mendapati daftar pertanyaan dan jawaban saat wawancara kerja untuk diingat dan dihafal. Namun, perlu Anda ketahui, bahwa wawancara kerja bukanlah interogasi, melainkan sebuah percakapan. Untuk membuat wawancara kerja selayaknya percakapan, Anda perlu mempersenjatai diri dengan cerita-cerita kecil tentang kehidupan profesional dan personal Anda.

Ketika Anda datang ke sebuah wawancara kerja, Anda perlu menanggalkan rasa gugup di pintu depan. Hal terbaik untuk mempersiapkan diri adalah dengan menjadi diri sendiri. Cara terbaik untuk menjadi diri sendiri adalah dengan menceritakan kisah Anda sendiri. Ini akan semakin baik untuk wawancara berdasarkan kompetensi yang belakangan ini makin banyak dilakukan.

Dalam wawancara kerja tradisional, si pewawancara kerja akan menanyakan pertanyaan yang memfokuskan kepada keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Wawancara kerja berbasis kompetensi akan menyelami tentang diri Anda dengan menanyakan seputar karakter dan atribut diri yang mencari kecocokkan antara Anda dan kultur perusahaan. Hal ini disebut sebagai kompetensi sikap. Pewawancara kerja yang menggunakan metode ini akan menggunakan setengah waktu saat wawancara untuk menanyakan kemampuan dan setengahnya lagi mengenai kompetensi sikap. Ia akan mencari bukti bagaimana sikap Anda selama ini.

Pewawancara kerja harus mencari tahu:
- Apakah Anda adalah aset atau beban untuk perusahaan? Dalam kata lain, apakah Anda akan mencetak uang atau menyimpan uang untuk perusahaan?
- Apakah Anda team player? Apakah Anda bisa masuk ke dalam hierarki perusahaan atau menjadi batu sandungan? Mampukah Anda menerima atau memberi perintah?
- Mungkinkah Anda masuk ke dalam kultur perusahaan? Mereka tak butuh seorang "putri".

Salah satu cara terbarik untuk menjawab kebutuhan si pewawancara tersebut, cobalah ambil inisiatif dan ceritakan kisah-kisah pribadi yang bisa Anda ceritakan, kira-kira ambil waktu 30 - 90 detik untuk masing-masing. Anda bisa memulai membangun cerita Anda lewat 7 area berikut:
  1. Saat Anda berhasil membuat atau menghemat uang perusahaan tempat Anda bekerja dulu.
  2. Sebuah krisis diri yang Anda hadapi kala di pekerjaan lama, dan bagaimana Anda merespon atau berhasil melaluinya.
  3. Cerita ketika Anda menjadi bagian dalam sebuah tim kerja dan apa kontribusi Anda.
  4. Ketika Anda bekerja dan berhasil melewati stres.
  5. Kisah ketika Anda berhasil memimpin sebuah proyek, atau kisah mengenai kemampuan Anda untuk menjadi seorang pimpinan.
  6. Kegagalan yang terjadi di pekerjaan Anda dan bagaimana melewatinya.
  7. Sebuah kejadian luar biasa yang terjadi selama karier dan mengakibatkan Anda harus mengubah haluan, dan betapa hal tersebut sudah mengubah Anda.

Strategi Bertahan Pada saat Perusahaan Merger

Apa yang akan Anda lakukan kalau saja perusahaan, tempat Anda bekerja saat ini, tengah ditempa rumour yang tidak enak, seperti pemuttsan hubungan kerja (PHK), pengurangan jumah karyawan termasuk merger perusahaan. Seperti kekhawatiran salah satu karyawati di salah satu perusahaan telekomunikasi, “Perusahaan kita bakal di-merger  nih…wah tampaknya aku harus siap-siap cari kerjaan baru  nih, sebelum kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba!, “ ujar Lila dengan wajah cemas.
Di artikel sebelumnya, sudah dibahas “Alasan-alasan apa yang menyebabkan perusahaan memutuskan untuk merger ?”
Nah, sekarang Anda bisa dapatkan bekal seputar survival kits untuk menghadapi kemungkinan jika Anda ternyata harus mengalami hal yang sama. Jeffrey Caponigro dalam bukunya Crisis Counselor (Barker Business Books, 1998), mengemukakan ada 10 hal yang bisa dilakukan, yaitu :
Dapatkan informasi yang jelas seputar rencana merger dari pihak manajerial yang berwenang. Biasanya, divisi internal public relation akan mengeluarkan sebuah newsletter yang menjelaskan alasan dan rencana dari perusahaan jika merger dilakukan. Kalau newsletter tidak ada, coba cek papan pengumuman di kantor atau e-mail Anda. Mungkin akan ada undangan rapat akbar untuk seluruh karyawan, membicarakan hal ini.
Pastikan tujuan dan jenis merger yang dilakukan. Kalau hanya digabung dengan patrner company, mungkin tidak perlu khawatir, karena Anda bisa tetap berada posisi yang sama. Tapi, bisa jadi merger berarti penggabungan sekaligus penyederhanaan jumlah karyawan. Kalau ini yang terjadi, Anda harus terus mengikuti perkembangan dari informasi terbaru.
Ads: Lowongan kerja Bank, lowongan kerja di jakarta coba klik di klikkarir.com
Hadiri undangan rapat yang diadakan pihak manajerial untuk mendapatkan info yang benar dan jelas. Jangan langsung percaya pada gosip yang beredar. Perlu diketahui pihak manajerial pasti juga kan berniat untuk memperbaiki keadaan perusahaan.
Bila atasan meminta Anda memberikan saran untuk perusahaan, ajukan ide Anda disertai argumentasi yang kuat. Tak ada salahnya menekankan bahwa pihak manajerial perlu memikirkan nasib karyawan jika merger dilakukan.
Tetap melakukan pekerjaan seperti biasa dan menampilkan performa kerja yang baik. Tidak ada alasan meninggalkan job description yang telah diberikan oleh atasan. Siapa tahu ketika evaluasi terakhir, Anda akan mendapat nilai baik untuk tetap berada posisi yang Anda jalani saat ini.
Tawarkan ‘nilai jual’ dari departemen atau divisi Anda. Karena, biar bagaimana pun perusahaan merger sering melakukan efisiensi pada jumlah departemennya. Jadi lihat dengan realistis, apa yang bisa ditawarkan oleh divisi Anda, yang tidak dimiliki oleh divisi yang lain.
Lihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa Anda dapatkan. Misalnya, ketika terjadi penggabungan dua perusahaan, mungkin Anda bisa ditransfer ke divisi yang job description-nya paling tidak mirip dengan yang pernah Anda kerjakan di perusahaan lama. Coba jalin hubungan baik dengan karyawan-karyawan di perusahaan merger yang baru.
Jalin komunikasi dengan pihak manajerial perusahaan merger yang baru. Tapi hati-hati dengan status ‘si penjilat’. Bisa-bisa teman sekantor mencurigai Anda sedang mengambil hati manajer yang baru. Anda bisa memulai dengan bertanya tentang rencana merger dan informasi seputar perusahaan. Tapi, jangan lupa untuk tetap berkomunikasi dengan manajer lama, ini akan membuat ia tidak merasa ‘Anda langkahi’.
Untuk tindakan waspada, tidak ada salahnya untuk mulai mencari pekerjaan baru. Perlu diingat jangan terlalu ‘panik’ menghadapi rituasi ini. Karena keadaan perusahaan sedang ‘over sensitive’ sebaiknya sikap tenang tapi waspada perlu dimiliki.
Pastikan perusahaan baru yaitu tempat tujuan Anda yang baru tidak akan mengalami hal yang sama. Hal ini bisa Anda dapatkan dengan mengumpulkan berbagai informasi, apakah dari karyawan perusahaan tersebut, via internet, company profile perusahaan dan media massa. Biasanya media ‘cepat menangkap’ kasus merger perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan besar.

3 Langkah Mencapai Karir yang anda Impikan

Ikuti langkah2 berikut, dan dapatkan karir impian anda
Rasanya aku mulai bosan deh dengan pekerjaan sekarang. Banyak hal yang tak sesuai bayangan. Bagaimana ya agar kita dapat menggeluti pekerjaan yang sesuai dengan keinginan?” tanya Sanika (30) kepada sahabatnya.
Banyak orang merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan lama kelamaan semakin terasa tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya. Entah karena karakter pribadinya, kebijakan dan peraturan perusahaan atau industrinya sendiri.
“Namun dengan bekal sikap yang lebih gigih dan berusaha untuk fleksibel, sebenarnya Anda dapat memiliki pekerjaan yang diinginkan, tanpa harus menyesal di kemudian hari,” ujar Kevin Donlin, Managing Editor 1 Day Resumes dan juga penulis buku “Resume and Cover Letter Secrets Revealed,” a do-it-yourself manual that will help you find a job in 30 days…or your money back.
Bagaimana kalau Anda menyimak beberapa hal di bawah ini, siapa tahu bisa berguna!
1) Spesifikasikan Pekerjaan Ideal Anda
Apakah Anda ingin bekerja dalam lingkungan berteknologi tinggi? Keuangan Internasional? Atau lowongan Pemasaran? Jika pilihan sudah ditentukan, mulailah mengidentifikasi beberapa posisi dan rencana pengembangan karier yang sesuai. Jika hal tersebut tidak juga bisa dilakukan, paling tidak tulislah 3-4 keahlian yang Anda miliki. Mengapa demikian? Karena seseorang tidak bisa mencapai target yang tidak visible. “Waktu pertama kali mulai melamar pekerjaan, saya membuat ‘daftar’ tentang keahlian-keahlian yang saya miliki dan sukai. Dan ternyata itu amat berguna untuk jadi pemandu kita saat melamar kerja,” ujar Lira (29) seorang PR Consultant.
2) Berusahalah Lebih Keras
Lakukan riset melalui internet untuk mempelajari lebih jauh persahaan yang Anda jadikan target, mulai dari permasalahannya samp`i pesaingnya. Lalu sediakan beberapa solusi (untuk berjaga-jaga) yang bisa Anda berikan pada perusahaan tersebut jika dibutuhkan. Saat Anda dipanggil untuk wawancara, si pewawancara akan melihat langsung keseriusan Anda dalam mempersiapkan diri untuk mengisi posisi yang tepat di tempatnya.
3) Bersikaplah Fleksibel
Pertimbangkan juga untuk menerima pekerjaan yang (meskipun) sifatnya hanya sementara. Tapi yakinkan dulu bahwa pekerjaan itu masuk ‘daftar’ perusahaan yang setidaknya hampir dekat dengan keinginan Anda. Saat Anda diterima, gunakan waktu kerja seefektif mungkin sehingga mudah bagi manajemen untuk mempdrtimbangkan Anda sebagai orang yang layak dipromosikan untuk selanjutnya.

Menangkan Hati Atasan Anda di kantor dalam 10 menit

“Apalagi yang mesti aku lakukan agar Pak Daniel puas terhadap hasil kerjaku? Rasanya semua tugas selalu kuselesaikan sesuai deadline deh, tapi si bos itu masih saja kelihatan tidak puas,” ungkap Yeni (28) seorang Account Executive pada Andin, sahabatnya di kantor
Mungkin hal ini juga sering Anda alami? Merasa sudah bekerja maksimal tapi saat dipanggil untuk promosi, bukan nama Anda yang tertera. Saat penyesuaian gaji kepada karyawan, bukan Anda juga yang dipanggil. Lalu apa sebenarnya salah Anda? Tak perlu kecil hati jika ‘masalah’ ini menimpa Anda, karena bisa jadi Anda belum melakukan ‘semuanya’ yang dituntut secara tidak tertulis oleh atasan kepada bawahannya!:
Untuk ‘memperluas’ wawasan Anda mengenai bagaimana sebenarnya tipe karyawan yang disukai oleh para atasan, Anda bisa menyimak petikan berikut
Karyawan dengan Inisiatif Tinggi Inisiatif yang tinggi adalah faktor vital yang diperlukan dalam diri seorang individu yang telah menjadi pekerja kantoran. Selain baik untuk dirinya, lewat inisiatiflah, kontribusi karyawan akan sangat terasa, terutama dalam memperingan beban kerja si atasan.
“Akhirnya bisa juga saya membaca e-mail yang penting-penting saja tanpa perlu men-delete junk mail yang masuk. Setelah saya cek salah satu staff, ternyata ia menyortir junk mail yang datang memenuhi mailbox,” ujar Lova (29) seorang Assistant Finance Director sebuah perusahaan lokal.
Karyawan Bebas Gosip
Gosip itu menyenangkan apabila dilakukan di tempat yang tepat. Tapi apabila dilakukan di kantor, jangan harap pujian bakal datang karena Anda telah merasa ‘sukses’ membawa berita baru untuk rekan sekantor. Walau kita kerap tak terasa, ternyata hal ini sering dikeluhkan oleh atasan terhadap anak buahnya yang sangat antusias mencuri waktu untuk bergosip di tengah-tengah waktu kerja. “Dari tiga orang copywriter yang saya bawahi, ada satu orang yang seringkali tak pernah ada di mejanya saat saya membutuhkannya. Usut punya usut, ternyata kebiasaan nona satu itu bertengger di meja temannya dan sibuk berkomat-kamit. Selain tidak optimal produktifitasnya, lama-kelamaan saya lebih tenang dan yakin menugaskan yang dua lainnya ketimbang dia,” papar Manda (30).
Karyawan yang Luwes Bekerja dalam Tim. “Saat mendapatkan sebuah deadline yang terlanggar, ternyata Peggy salah satu staff saya yang jadi penyebabnya. Ia tidak bersedia berkompromi untuk satu hal demi kelancaran tugas dalam tim,” ungkap Janti (31), seorang Product Manager busana impor. Atasan tidak akan memasukkan nama Anda dalam daftar karyawan berperforma baik jika ia adalah seorang yang susah diajak bekerja sama dalam tim.
Karyawan yang Bekerja secara Efisien
“Saya suka anak buah yang melakukan pekerjaan dengan cepat dan efisien, yang tidak perlu menghabiskan waktu berlama-lama hanya untuk mengerjakan satu jenis tugas. Apalagi yang melibatkan saya untuk mengingatkan deadline pekerjaannya sendiri,” ujar Dewi (33), seorang Project Coordinator sebuah perusahaan asing. Usahakan bekerja secara sistematis dan berdasarkan skala prioritas agar target Anda terpenuhi. Jika terlalu banyak pekerjaan yang datang secara bersamaan, jangan segan menanyakan kepada atasan mana yang mesti Anda kerjakan terlebih dulu.
Karyawan yang Tanggap Terhadap Instruksi Atasan
Banyak karyawan yang tidak cepat tanggap atau salah menginterpretasikan instruksi atasan. Pergunakan ilmu ‘mendengar’ seoptimal mungkin saat atasan mendelegasikan satu pekerjaan pada Anda. Simpulkan instruksinya sekali lagi sebelum Anda meninggalkan ruangannya agar tak terjadi salah interpretasi.
Nah, tunggu apa lagi untuk berbenah diri?

Kriteria Lingkungan Kerja Ideal

Pada akhir pekan, bila kita membaca koran, akan terlihat bagaimana
perusahaan atau organisasi nirlaba berlomba mencari pekerja andal. Dan
setiap iklan sudah pasti mencantumkan karakteristik atau prasyarat yang
dicari dari calon pegawai. Memang, intinya, karakteristik calon pegawai
yang dicari mirip satu sama lain sehingga peluang di antara mereka
tampak semakin besar. Akan tetapi, mengapa tidak ada yang berpikir untuk
beriklan mencari tempat kerja yang diinginkan? Misalnya, ?Pegawai
berdedikasi tinggi, dengan pengalaman mendalam, mencari perusahaan
idaman.? Bukankah seharusnya bersifat dua arah? /
Pada akhir pekan, bila kita membaca koran, akan terlihat bagaimana
perusahaan atau organisasi nirlaba berlomba mencari pekerja andal. Dan
setiap iklan sudah pasti mencantumkan karakteristik atau prasyarat yang
dicari dari calon pegawai. Memang, intinya, karakteristik calon pegawai
yang dicari mirip satu sama lain sehingga peluang di antara mereka
tampak semakin besar. Akan tetapi, mengapa tidak ada yang berpikir untuk
beriklan mencari tempat kerja yang diinginkan? Misalnya, ?Pegawai
berdedikasi tinggi, dengan pengalaman mendalam, mencari perusahaan
idaman.? Bukankah seharusnya bersifat dua arah?
Jarang perusahaan menunjukkan daya jualnya, karena mereka sangat fokus
pada mencari individu. Tulisan seperti ?Kesempatan pelatihan ke luar
negeri?, ?Bonus berkala?, atau ?Remunerasi kompetitif?, jarang terlihat.
Perusahaan dianggap cukup menunjukkan apakah mereka berskala nasional
atau internasional, memberi tantangan, atau sekadar menunjukan visi dan
misinya sebagai entitas bisnis. Porsi menjual diri mungkin hanya 10%
dari porsi mencari siapa. Padahal, perlu juga memaparkan bahwa
perusahaan memang layak dicari para calon pegawai.
Jadi, apa yang sebenarnya dicari para calon pegawai?
Berdasarkan survei Accenture, karakteristik populer perusahaan yang
dicari para pencari kerja baru atau berpengalaman ternyata tak terlalu
muluk dan tak jauh dari sekadar mencari hal berikut: apakah perusahaan
menawarkan pekerjaan menarik, memberikan penghargaan dan kesempatan
mendapatkan kenaikan pangkat/promosi. Jadi, semua pencari kerja masih
meinginginkan karakteristik tradisional yang selama ini dijanjikan para
penyedia kerja/ pemberi kerja.
Hasil tersebut merupakan analisis dari penelitian online terhadap lebih
dari 4.100 calon lulusan S-1 atau calon pekerja pemula dan pegawai
berpengalaman untuk memahami prioritas para pencari kerja di 21 negara
di lima benua (termasuk Indonesia) dalam kurun November 2005-Maret 2006.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui apakah
perusahaan-perusahaan masih tetap kompetitif dan relevan menjalankan
program-program menarik pekerja terbaik, serta mengidentifikasi
tujuan-tujuan penting yang dicari calon pekerja yang baru tamat kuliah
dan memiliki pengalaman kerja di atas dua tahun.
Ads: lowongan kerja terbaru dan info karir dapat dilihat pada klikkarir.com
Di luar aspek ?tawaran pekerjaan menarik? serta ?kesempatan naik
pangkat?, penemuan lainnya adalah pencari kerja tidak menempatkan nilai
tinggi untuk program-program populer seperti /corporate citizenship/
atau kemasyarakatan korporasi (istilah tren saat ini: /corporate social
responsibility//CSR), dan diversitas sebagaimana halnya manfaat
tradisional seperti program-program penghargaan yang proaktif dan
kesempatan tumbuh bagi individu.
Tak mengherankan, hasil penelitian menunjukkan bahwa ?kerja yang
menantang dan menarik? merupakan karakteristik penting yang dicari
pemburu kerja (mencapai 60% dari responden). Sementara itu, 58%
responden menyatakan ?menghargai individu potensial dan mengakui
keberhasilannya? sebagai karakter yang tak kalah penting.
Bila selanjutnya mengurut lima karakteristik tertinggi untuk hal-hal
yang menarik para pencari kerja, di nomor tiga adalah ?kesempatan
memiliki karier yang tumbuh cepat? (44%); keempat adalah indikasi bahwa
tempat bekerja sudah mapan atau terkemuka sehingga menjanjikan kepastian
kerja jangka panjang (42%); dan kelima, indikasi bahwa perusahaan
memiliki fokus pada anggotanya (42%). Lengkapnya, lihat Tabel berikut ini.
Karakteristik Pemberi Kerja | % Responden dalam Menentukan Karakteristik
Prioritas
1. Pekerjaan yang menarik dan menantang | 60%
2. Menghargai dan mengakui hasil kerja | 58%
3. Kesempatan pertumbuhan dan peningkatan karier | 44%
4. Memiliki kemampuan finansial dan mampu bertahan lama | 42%
5. Menekankan pentingnya manusia | 42%
6. Menawarkan pengaturan kerja yang fleksibel | 41%
7. Inovatif | 33%
8. Dapat didekati/terbuka | 27%
9. Lingkungan kerja kelompok | 27%
10. Perusahaan global | 26%
11. Menawarkan beragam kerja | 26%
12. Pandai | 21%
13. Lingkungan kerja kolaboratif | 17%
14. Komitmen terhadap pengembangan komunitas | 16%
15. Angkatan kerja yang beragam/diversitas | 16%
Yang menarik, apa yang dicari calon pegawai antargeografi ternyata sama,
baik itu di negara berkembang maupun maju. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam era globalisasi, bukan lagi yang dicari sekadar bisa bekerja, akan
tetapi sejauh mana kesempatan bagi individu dapat mengembangkan diri.
Ads: artikel lainnya mengenai lowongan pekerjaan dapat Anda lihat pada klikkarir.com
Hal lain yang berbeda adalah sikap pegawai bila telah bekerja dan
perspektif mereka yang ingin masuk. Misalnya, untuk CSR dan diversitas.
Berdasarkan survei internal Accenture kepada pegawainya, saat ditanya
?Apa yang membuat Anda tetap tertarik bekerja??, maka mereka mengatakan
bahwa ?Perusahaan memiliki perhatian sosial (balik ke CSR lagi) dan
menghargai keragaman pegawai?. Sikap seperti ini tampaknya terjadi
karena mereka sudah paham bahwa perusahaan memang memberi kesempatan
peningkatan karier dan pengalaman kerja menarik. Jadi, memang akan
berubah bila telah memahami budaya organisasi.
Secara singkat, apa maknanya? Kita akhirnya harus memilih pesan yang
relevan untuk mencari pegawai potensial, dan mereka ini tidak dapat
disamakan kebutuhannya dengan pegawai yang sudah bekerja di perusahaan
kita. /Tailored messages/ menjadi bagian penting untuk mencapai tujuan
melakukan rekrutmen.
Jadi, perlu dipikirkan, apakah perusahaan Anda memiliki karakteristik
idaman sebagai tempat kerja yang layak?
Oleh : Neneng Goenadi
*Executive Partner dari Accenture yang bertanggung jawab untuk industri
sumber daya* swa.co.id

5 Strategi Mempertahankan Semangat Kerja

Sebenarnya ada beberapa hal kecil dan sederhana yang bisa menjadi kunci dalam mempertahankan semangat kerja. Sayangnya kita tidak menyadarinya. Sehingga kita pun melewatkan kebiasaan tersebut menguap begitu saja. Nah, ingin tahu kebiasaan apa saja yang bisa mempertahankan semangat kerja? Simak saja yang berikut ini:
1.     Beberapa menit yang berguna. Meskipun pekerjaan tengah menumpuk dan harus cepat diselesaikan, tidak ada salahnya untuk beristirahat selama sekitar lima menit saja. Karena meski hanya seperberapa persennya saja dari 8-9 jam kerja, toh waktu istirahat sejenak dapat memompa kembali semangat Anda untuk kembali bekarir.
2.     Ngobrol dengan teman se-pekerjaan? Kenapa tidak. Pasalnya, dengan berbicara dengan orang lain sejenak maka otak dan mood bisa terus siap siaga! Demikian kata para pakar. Pun, berbicara terbukti ampuh melenyapkan rasa kantuk, karena kita melakukan aktifitas yang melibatkan interaksi dari orang lain (dalam hal ini lawan bicara).Jadi, asalkan tidak sampai lupa lowongan pekerjaan kenapa tidak menjalani aktifitas sederhana yang satu ini?
3.     Ngemil? Boleh saja asal sehat. Bukan apa-apa, yang namanya iseng seringkali menyergap kita. Terlebih jika terus-menerus menghadapi pekerjaan yang seabreg jumlahnya. Oleh karena itu wajar saja kalau mulut ini ‘menuntut’ untuk ‘beraktifitas’ pula. Dan itu boleh saja dilakukan (asal camilannya yang sehat, seperti buah misalnya). Masih urusan makanan, ada baiknya ketika makan siang jangan mengkonsumsi makanan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Perut yang terlalu kenyang sangat potensial untuk membuat kita mengantuk dan hilang konsentrasi. Sementara makan terlalu sedikitpun bisa membuat perut ini tidak merasa nyaman dan akhirnya apalagi kalau bukan membuat kita hilang konsentrasi.
4.     Jangan lupa bergerak. Cara ini bermanfaat untuk mengembalikan mood yang menguap. Karenanya begitu ada waktu untuk bergerak seperti; menggelengkan kepala, menggerakan tangan atau berjalan dari meja satu ke meja lainnya, ya lakukan saja. Pun kalau mau lebih efektif lagi, pilihlah tempat makan yang agak jauh dari kantor saat makan siang tapi masih bisa dicapai dengan jalan kaki. Hmm…dijamin setelah makan siang dan sedikit bergerak semangat mengerjakan job Anda pun timbul kembali.
5.     Bagi yang terbiasa minum kopi, silahkan. Kenapa? Karena unsur kafein yang ada di dalamnya, dapat membuat mata ini tetap terbuka tak terganggu oleh rasa kantuk. Cuma masalahnya, tidak sedikit yang mengalami sakit perut atau buang air kecil sesudahnya. Makanya, cara ini hanya disarankan untuk mereka yang memang sudah terbiasa minum kopi.
Keep on spirit…

Waspadai 10 Hal Penghancur Karir

Mungkin Anda perlu waktu tiga bulan, bahkan setahun lebih untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok. Celakanya, hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu kita bisa kehilangan pekerjaan tadi. Lho, kok bisa?

Tentu saja bisa dan itu karena kesalahan yang Anda lakukan. Tanpa disadari, Anda menghancurkan karir sendiri. Berikut hal-hal yang dapat mematikan karier dalam sekejap.

1. KETIDAKMAMPUAN
Ketidakmampuan bisa berbuntut panjang. Penelitian menunjukkan, perusahaan selalu berpendapat, lebih baik punya pegawai yang secara konsisten mau belajar menambah keterampilannya daripada yang hanya berhenti pada satu kemampuan. Soalnya, pegawai tipe ini tidak akan berkembang dan cenderung tak mau bekerja sama.

2. SULIT KERJA TIM
Tidak ada seorang pun yang merasa senang hidup di samping seorang primadona. Perusahaan pasti akan kesulitan menghadapi karyawannya yang tak mau atau tak mampu bekerja dalam tim. Jadi, pastikan Anda bisa menjadi anggota tim kerja yang baik dan bisa bertindak sebagai makhluk sosial yang baik pula.

3. TAK TEPAT WAKTU
Jika pekerjaan harus selesai hari Rabu, misalnya, camkan di benak bahwa hari Kamis tidak akan pernah ada. Suatu organisasi membutuhkan orang yang dapat bertanggung jawab, dipercaya. Tak menepati tenggat waktu bukan hanya mencerminkan seseorang yang tidak profesional, tapi juga berarti merusak bahkan menghancurkan jadwal job orang lain. Ujung-ujungnya, bos Anda yang bakal jadi sorotan. Jika sudah meiliki komitmen, tepati janji, apa pun yang terjadi. Hal ini sangat penting!

4. MEMANFAATKAN FASILITAS PERUSAHAAN
Fasilitas perusahaan seperti e-mail dan telepon yang ada adalah untuk keperluan bisnis perusahaan. Gunakan telepon untuk keperluan pribadi sesingkat mungkin dan jangan menerima pangggilan telepon yang bersifat pribadi dengan waktu bicara yang lama.

Juga jangan pernah menulis e-mail yang tidak ingin dibaca oleh bos karena banyak sistem yang dapat menyimpan kiriman-kiriman e-mail yang dihapus ke dalam satu berkas. Ingat pada orang-orang yang berjiwa kerdil yang mencari muka pada atasan. Lagipula, memanfaatkan e-mail milik perusahaan untuk keperluan pribadi, amat tidak diperbolehkan.

5. SOK EKSKLUSIF
Jangan mengisolasi diri atau bertingkah sok eksklusif. Kembangkan diri Anda dan jalin hubungan dengan rekan sekerja. Orang yang mempunyai jaringan yang efektif, akan memiliki jalur dan sumber informasi yang akurat sehingga dapat lebih mudah mencapai dan mengerti plotik organisasi di perusahaan tersebut.

Penelitian membuktikan, para pegawai yang mempunyai jaringan yang luas, umumnya cenderung menjadi seorang yang dapat bekerja dalam tim, banyak memberi andil pada sukses tim kerja, memiliki nilai lebih, sehingga bisa lebih cepat mendapat promosi serta kompensasi yang tinggi.

6. MENJALIN ASMARA DI KANTOR
Walaupun Anda dan si dia berada di ruangan atau divisi terpisah, menjalin hubungan asmara di kantor bukan merupakan pilihan yang baik. Jika kebetulan terlibat percintaan dengan bos, begitu ada kesempatan promosi, naik jabatan, pasti akan mejadi gunjingan. Minimal, rekan sekerja mencibir karena anggapan Anda naik posisi gara-gara dekat dengan atasan.

Yang juga tak mengeenakkan, hubungan asmara dengan atasan atau rekan sekerja yang putus di jalan, bisa membuat hubungan pekerjaan jadi terganggu. Belum lagi harus menghadapi omongan rekan-rekan sejawat.

7. TAKUT AMBIL RISIKO
Jika Anda tidak percaya pada diri sendiri, maka orang lain pun tidak akan percaya pada Anda. Bersikaplah untuk dapat mengerjakan sesuatu dan mengambil risiko. Katakan dengan jujur, “saya belum pernah mengerjakan hal tersebut tapi saya akan berusaha mempelajari bagaimana caranya.”

Jangan takut gagal atau khawatir membuat kesalahan. Jika keadaan menjadi kacau, segera ubah dan minta bantuan rekan atau atasan yang lebih jago. Pokoknya, coba untuk belajar pada semua kesempatan yang ada di setiap situasi. Ingat, lembur karena risiko kerja dapat membuat Anda menjadi lebih tertantang dan lebih cepat maju.

8. TANPA TUJUAN
Kegagalan bukanlah sesuatu keburukan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Yang buruk adaklah jika Anda tak punya tujuan untuk mencapai sesuatu. Jadi, susun rencana kegiatan sehari-hari untuk mencapai tujuan tadi. Percaya atau tidak, 80 persen dari keberhasilan yang diraih seseorang, 20 persennya datang dari aktivitas yang dilakukannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Atur mana yang menjadi prioritas dan fokuskan pada pekerjaan tersebut.

9. TERKESAN CEROBOH
Jujur atau tidak, penampilan selalu diperhitungkan. Orang selalu menilai semua penampilan serta tingkah laku Anda. Dengan kata lain, usahakan untuk tidak berpakaian seenaknya saat pergi ke kantor atau berpakaian yang tidak selayaknya dikenakan ke kantor.
Berlakulah jujur, berbicara dengan bahasa yang baik, sopan, tidak menggunakan bahasa dialek atau daerah. Bersikaplah sebagai seorang yang kompeten, mempunyai komitmen dan perilaku yang baik.

10. TAK MENJAGA MULUT
Ruangan kecil, gang, tangga berjalan, bahkan kamar mandi kantor, semua itu bukan milik pribadi Anda. Berhati-hatilah jika sedang berbicara di tempat-tempat umum tadi dan perhatikan pada siapa Anda berbicara.

Jangan bercanda mengenai kepercayaan, suku, rahasia perusahaan, gosip teman sekantor, dan juga pribadi-pribadi para bos. Semua pembicaraan mengenai hal itu bukanlah sesuatu yang bebas, tidak gratis, terutama sangat berharga dan amat berarti bagi pekerjaan Anda!

Arti Penting Bahasa Tubuh Untuk Kesuksesan

Arti Penting Bahasa Tubuh Untuk KesuksesanBisa jadi Anda pernah mengalami hal seperti ini: telah melakukan persiapan sedemikian rupa rupa untuk wawancara, atau yakin dapat membuat orang lain kagum atas keberhasilan yang Anda capai, atau siap memberi presentasi yang memperlihatkan hasil kerja keras dan sukses Anda, namun tiba-tiba keadaan kacau balau. Anda belum mulai membuka mulut, tetapi anggota tubuh Anda melakukan gerakan yang mengatakan sebaliknya.

Dari bahasa tubuh orang akan tahu bahwa Anda percaya diri, pintar, dan bersemangat, atau justru sebaliknya. Asal tahu saja, hanya sebagian kecil dari komunikasi melibatkan kata-kata yang aktual. Tepatnya hanya 7 persen. Sisanya? Sebanyak 55 persen dari komunikasi adalah visual (bahasa tubuh, kontak mata) dan 38 persen berupa vokal (titinada, kecepatan, volume, dan nada).

Yang jelas, komunikator eksekutif dunia terbaik memiliki bahasa tubuh yang kuat, yang merefleksikan rasa percaya diri, kompeten, serta penuh karisma.

LEBIH DARI KATA-KATA
Satu-satunya masalah dari bahasa tubuh adalah tidak terlalu menyampaikan apa yang sungguh-sungguh Anda rasakan. Misalnya, membiarkan tangan tetap di dalam saku dapat memberi kesan Anda sebetulnya merasa tidak aman, padahal hal ini belum tentu benar. Atau tidak menatap lawan bicara karena Anda sedang sibuk dengan catatan Anda, bisa membuat orang lain berpikir, ada sesuatu yang Anda sembunyikan dari mereka. Bisa juga posisi duduk yang santai karena lelah justru membuat lawan bicara beranggapan Anda tidak tertarik dengan apa yang dibicarakannya.

Sebaliknya, bahasa tubuh yang kuat dan efektif dapat membantu menciptakan hubungan yang cepat dengan para pendengar, memperlihatkan rasa percaya diri pada pesan yang Anda sampaikan. Perhatikan foto mantan Presiden Soekarno pada saat berpidato, betapa dia memperlihatkan rasa percaya diri kuat, optimisme, kekuasaan, sekaligus kekuatan. Jadi, mulailah mempelajari dan mempraktekkan bahasa tubuh.

Anda dapat meminta seseorang merekam gerakan tubuh seolah-olah Anda sedang diwawancara atau memberi presentasi. Pelajari hasil rekaman tadi. Perhatikan cara duduk serta gerakan tubuh Anda pada saat berbicara. Perhatikan kekurangan yang dimiliki dan perbaiki.

Percayalah, dengan niat dan kemauan, Anda pasti dapat melakukan gerakan tubuh yang memperlihatkan rasa percaya diri, kompeten, berkarisma, dan kuat. Berikan perhatian pada bahasa tubuh sebanyak perhatian yang diberikan pada kata-kata yang Anda gunakan. Pasti, deh, Anda akan melihat pengaruhnya!

PANDANGAN MATA
* Setiap orang ingin merasa istimewa
Setiap orang ingin merasa Anda berbicara dengannya secara langsung atau bahwa mereka merupakan orang yang paling penting selama berbicara dengannya. Mengalihkan kontak mata merupakan cara yang yang paling ampuh untuk memutuskan pembicaraan.

* Bagi jadi tiga
Pada saat presentasi, tujukan beberapa komentar Anda pada satu sisi lalu alihkan pandangan mata ke bagian tengah ruangan, kemudian alihkan lagi ke sisi yang satunya lagi. Pilih satu orang di tiap bagian dan arahkan mata Anda kepada mereka saat Anda menyampaikan sambutan. Orang yang berada di sekitarnya akan merasa Anda memberikan kontak mata kepada mereka.

* Lakukan persiapan
Mempertahankan kontak mata pada saat melakukan presentasi memerlukan persiapan. Anda harus ingat garis besar dari materi yang Anda sampaikan, karena bila tidak Anda akan terpaku pada membaca dan tidak menciptakan hubungan dengan pendengar Anda. Pastikan Anda tahu apa yang Anda catat sehingga tidak selalu harus membacanya.

* Jangan terpengaruh
Jangan biarkan apa pun mengganggu Anda dan pendengar. Melipat tangan, berdiri di belakang podium atau kursi, berbicara kepada seseorang dari balik komputer, merupakan contoh yang menggambarkan adanya penghalang antara Anda dan lawan bicara.

GERAKAN DIRI
* Gerakkan tangan Anda
Pembicara yang hebat menggunakan lebih banyak gerakan tangan. Seorang pengajar yang mempelajari bahasa tubuh mengatakan bahwa gerakan kompleks dari dua tangan di atas pinggang merefleksikan pemikiran yang kompleks. Gerakan memberikan keyakinan pada pendengar terhadap pembicara.

* Lihat Contoh
Perhatikan orang-orang penting seperti Bill Clinton, Tony Blair, atau pembicara penuh kharisma lainnya. Anda pun akan melihat dan menyadari, hampir semua kalimat yang diucapkan disertai dengan gerakan tangan sehingga Anda tidak akan ragu-ragu pada efektivitas gerakan tangan. Gerakkan pula anggota tubuh lainnya. Pembicara yang hebat berjalan di dalam ruangan, menunjuk slide, bukan membaca, atau memegang bahu seseorang. Jangan gerakkan slide, tapi gerakkan tubuh Anda!

* Posisi agak tinggi
Postur tubuh yang kurang baik sering dihubungkan dengan tidak adanya rasa percaya diri atau tidak adanya minat. Misalnya, selama wawancara menyenderkan punggung pada kursi dapat memberi kesan Anda malas atau tidak memiliki motivasi. Tetap tegakkan kepala dan punggung. Dengan demikian Anda tampak lebih berminat, penuh perhatian, dan bersemangat.

Jumat, 02 Maret 2012

Tips Memilih Karir dan Pekerjaan

“Setiap orang hakikatnya sedang melakukan gambling ketika memilih karir atau pekerjaan. Ia harus mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk itu.” 

DR. HARRY EMERSON FOSDICK
MENGAPA HARUS MINAT?
Satu hal yang biasanya paling sulit dilakukan anak muda yang mulai mencari kerja adalah memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan diri mereka. Mengapa harus sesuai? Menurut penelitian yang dilakukan sejumlah psikolog di Amerika diketahui memilih bidang pekerjaan yang sesuai ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi keuangan semata, tapi juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan fisik dan jiwa kita.

Hubungan Pekerjaan dengan Kesehatan. “Banyak anak-anak muda yang memulai hidupnya dengan penuh gairah dan mimpi indah, akhirnya tiba pada usia empat puluh tahun dalam keadaan frustrasi bahkan menderita gangguan mental,” kata Dale Carnegie, penulis buku psikologi populer asal Amerika. “Dan ini bukan sesuatu yang mengherankan,” katanya lagi, “jika saja Anda mengetahui begitu banyaknya kecemasan, penyesalan, dan frustrasi yang timbul karena salah dalam memilih pekerjaan.”
Penyebabnya? Karena mereka merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya!

“Tidak ada yang lebih patut dikasihani,” kata Edna Carr, konsultan karir ternama yang pernah mewawancarai ribuan tenaga kerja untuk DuPont Company, “selain orang-orang yang tidak memperoleh apa-apa dari pekerjaannya kecuali gajinya semata.”

Hal senada diungkapkan Dr. William Meninger, psikiater tersohor yang pernah melakukan penelitian di Angkatan Darat Amerika. Ia mengatakan, “Kami banyak belajar di dinas tentara tentang pentingnya proses seleksi dan penempatan kerja. Tentang pentingnya menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat. Ketika seseorang merasa salah ditempatkan, ketika seseorang merasa kurang dihargai sebagaimana mestinya, ketika seseorang percaya bakat dan kemampuannya telah disalah-gunakan, maka di situlah kita akan menemukan ’korban-korban peperangan psikologis’ yang sesungguhnya.” 

Menurut penelitian tentang umur panjang yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Raymond Pearl dari Universitas Johns Hopkins diketahui bekerja di bidang pekerjaan yang sesuai adalah faktor penting yang mendukung seseorang berumur panjang.

Alasannya? Karena orang yang bekerja di bidang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya akan senantiasa merasa bahagia dengan pekerjaannya. Mereka tidak akan pernah mengalami kecemasan, stres, penyesalan, dan kekecewaan yang seringkali menjadi faktor pemicu timbulnya berbagai penyakit fisik dan emosional pada diri seseorang. Aneka macam penyakit yang jika dibiarkan tumbuh dan berkembang akan memperpendek usia seseorang.

Dr. A. A. Brill, seorang psikiater kenamaan yang lain, mengatakan, “Seratus persen kelelahan yang dialami pekerja kantor muncul akibat tekanan psikologis bernama faktor emosional. Kejenuhan, kemarahan yang dipendam, perasaan kurang dihargai, perasaan tidak berguna, perasaan dikejar waktu, kecemasan, adalah faktor-faktor emosional yang membuat lelah pekerja kantor. Menjadikan mereka rentan terhadap penyakit flu, mengurangi kinerjanya, dan membuatnya pulang ke rumah dengan membawa sakit kepala.”

Pendapat serupa dikemukakan Sue Browder, penulis buku laris Eight Easy Ways to Look and Feel Years Younger. Ia mengatakan, “Stres yang timbul akibat ketidakpuasan di tempat kerja bisa membuat Anda terlihat letih dan lelah. Ini pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya sejumlah penyakit tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Northwestern Life Insurance beberapa tahun lalu juga menemukan bahwa separuh orang yang bekerja di bidang pekerjaan yang penuh dengan ketegangan dan tekanan seringkali menderita sakit kepala, sakit flu, radang pencernaan, bronchitis, dan pneumonia.”

Douglas LaBier, Direktur Center for Adult Development, Washington DC, juga sependapat dengan hal itu. Ia mengatakan, “Seringkali orang merasakan sakit punggung, sakit kepala, atau sakit perut selama hari kerja. Namun saat akhir pekan tiba, gejala tersebut hilang secara misterius untuk kemudian muncul kembali pada Senin paginya.”

Menurut Deepak Chopra, penulis Magical Body, Magical Mind, mayoritas serangan jantung di Amerika terjadi pada hari Senin pukul sembilan pagi. Alasan yang paling banyak dikemukakan para korbannya adalah ketidakpuasan di tempat kerja.

Para peneliti dari Universitas California, Los Angeles, juga menemukan orang-orang yang pernah bekerja selama sepuluh tahun di lingkungan kerja yang penuh ketegangan dan tekanan akan lima kali lebih banyak beresiko terkena berbagai jenis penyakit kanker dibanding mereka yang menikmati pekerjaannya.

Sumber: Buku Kiat Jitu Mendapatkan Pekerjaan Idaman (Edwin Solahuddin, Penerbit Escaeva, 2008)

Perbedaan Pekerjaan dan Karir

Selama ini kebanyakan orang terpaku pada rutinitas kerja dan tanpa disadari menyebabkan pada pemenuhan atas tuntutan dapur ngebul semata sehingga tidak mampu mengoptimalkan passion atau optimalisasi diri atas apa yang disukainya.
Bahkan, kebanyakan pekerja tidak mampu membedakan antara pekerjaan dan karir. Berbedakah?

"Karir berbeda dengan pekerjaan. Kalau pekerjaan merupakan sepenuhnya milik perusahaan sementara karir sepenuhnya mengenai diri sendiri dan demi  kebaikan
individu itu sendiri," kata Career Coach Rene Suhardono, saat berbincang di sela launching buku ‘Your Job is Not Your Career’ terbitan Literati, di Restoran Suis Butcher, Plaza Dago, Senin (5/4/2010) sore.

Ia mencontohkan segala tindak tanduk yang dilakukan seorang karyawan dalam sebuah perusahaan yang harus mengikuti pola peraturan perusahaan. "Namun pada
kenyataannya berbeda dengan apa yang dilakukan," pungkas laki-laki jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Hal serupa ternyata juga terjadi di dunia enterpreuner. Tidak dipungkiri Rere, sebagian orang memilih dunia enterpreneur demi pemenuhan kebutuhan hidup dan bukan atas minat dan kecintaannya atas dunia yang digeluti. Orang cenderung memilih pada tren pekerjaan yang tengah digandrungi banyak orang.

"Nggak hanya sekadar enterpreneur tapi juga menjalankan panggilan hati," terang penulis, penikmat makanan, sekaligus pengagum karya Napoleon Bonaparte ini.
Satu kunci yang dapat memunculkan passion seorang pekerja sehingga membuat apa yang dikerjakannya tersebut dapat dicintai sepenuh hati dan bukan atas dasar tekanan dan kebutuhan semata.

"Jujur terhadap diri kita sendiri atas apa yang kita kerjakan apakah sesuai dengan minat kita atau tidak," tuturnya.

Ia menambahkan, fenomena lain yang sering dijumpai dalam dunia kerja adalah ketika pekerja tersebut mempertanyakan pengangkatan mereka menjadi karyawan
dalam sebuah perusahaan setelah sekian lama menunggu kepastian.
"Berpikir apa yang telah kita berikan perusahaan kepada kita, sudah layak kah kita untuk itu dengan apa yang kita lakukan?" katanya.

Dalam buku teranyarnya itu, Rere memberikan beragam cara untuk memunculkan passion yang ada di dalam diri setiap orang yang dijabarkan ke dalam dua buku.
‘Your Job is Not Your Career’ terbagi ke dalam 160 halaman dan 2 bagian.
Bagian pertama akan mengulas mengulas karir, pekerjaan, dan esensi kesuksesan melalui perspektif passion, mission, motivation dan action.

Sementara di dalam buku kedua ’Career Snippet-embrace Your Passion. Live a life of action. Build Our Nation, terdiri dari 190 halaman. Dalam bagian kedua ini
Rere membeberkan tips praktis seputar karir dan pekerjaan, serta kumpulan dengan para tokoh yang sukses menempa jenjang karirnya.
(ahy/dip)

Sumber

Jumat, 13 Januari 2012

7 Kiat Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ) di Kantor

Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda.
Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.  Nah, agar kecerdasan emosional Anda terjaga dengan baik, berikut 7 ketrampilan yang harus Anda perhatikan dan tak ada salahnya Anda coba:
Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.
Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.  Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.
Sumber

Kamis, 12 Januari 2012

Ibu Bekerja Lebih Bahagia?

SEBUAH studi di Amerika menemukan, para ibu yang bekerja lebih sehat dan lebih bahagia daripada mereka yang memutuskan tinggal di rumah dengan anak-anak mereka yang berusia sangat muda. Apa pasal?

Ditulis dalam “Jurnal Psikologi Keluarga American Psychological Association”, seperti disitat dari Shine, terdapat keuntungan yang diperoleh para ibu yang bekerja, sekalipun itu bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Pekerjaan di luar rumah yang dimiliki seorang ibu, nampaknya menjadi salah satu faktor pendukung kesejahteraan pada diri ibu.

Para peneliti mewawancarai 1.364 ibu yang memiliki anak bayi atau berusia prasekolah, dengan berbagai varian latar belakang. Mereka lalu terkejut menemukan bahwa ibu yang bekerja mengalami keseimbangan kehidupan yang lebih baik, menjadi lebih peka terhadap kebutuhan anak, kurang memiliki gejala depresi, dan lebih mungkin membagi tugas rumah tangga dengan pasangan.
Peneliti Buehler dan O'Brien menjelaskan, secara teoritis, partisipasi seorang ibu dalam pekerjaan di luar rumah menyediakan dukungan dan sumber daya, di mana hal ini tidak diperoleh ibu yang menghabiskan waktu sepenuhnya di rumah bersama anak yang berusia sangat muda atau prasekolah. Bisa juga dengan penjelasan bahwa ibu yang seharian berada di rumah bersama bayi atau balita mereka akan jauh lebih stres terkait dengan pengasuhan anak, dan mereka mungkin akan sedikit lega manakala anak telah melewatkan sebagian waktu mereka di sekolah.
"Sumber daya eksternal kemudian berkontribusi untuk pribadi ibu dan kesejahteraan ibu,” katanya.

Sumber

Kerja Versus Karir

Pekerjaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal dimana seseorang diharapkan atau wajib melakukan kerja sebagai kewajibannya, terutama tugas tertentu dilakukan sebagai bagian dari rutinitas untuk harga yang disepakati. Melalui pekerjaan, seseorang bisa mendapatkan penghasilan untuk mendukung kebutuhan dasar dirinya, keluarga atau teman. Pekerjaan juga dapat dipandang sebagai suatu kontrak antara majikan dan pekerja. Pada perusahaan komersial, tujuan dasar dari pekerjaan adalah untuk menciptakan keuntungan bagi majikan, dan karyawan memberikan kontribusi tenaga kerja untuk perusahaan, dengan imbalan pembayaran upah, atau opsi saham, dll

Orang-orang terlibat di berbagai jenis pekerjaan dengan hanya satu hal dalam pikiran, bagaimana bayarannya. Tak heran mengapa orang sering berganti pekerjaan sesering mungkin. Mereka tidak pernah merasa cukup; selalu bergerak ke tingkat berikutnya segera setelah mereka mengenali kesempatan untuk mendapatkan upah lebih banyak. Hal ini mengungkap satu fakta, pekerjaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga seorang karyawan selalu akan meninggalkan pekerjaan yang tampaknya tidak mampu menjalankan fungsinya dan pindah ke pekerjaan lain yang menjanjikan imbalan yang lebih baik.

Karir adalah mengejar ambisi seumur hidup atau berjalan ke arah tujuan seumur hidup. Sebuah karir dibangun dari waktu ke waktu. Sebuah karir meskipun mungkin tidak tampak cukup menguntungkan untuk pemula, dalam jangka panjang bisa menjadi sumber penghasilan yang sangat besar. Karir juga ditandai dengan melakukan apa yang dicintai. Anda tidak memilih karir jika anda tidak cinta.

Sementara pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan, karir berarti lebih banyak lagi. Ini bersangkutan dengan kepuasan finansial dan emosional. Ini berkaitan tentang pemenuhan mimpi seumur hidup, serta prestasi seumur hidup. Suatu pekerjaan bisa jadi untuk  jangka pendek karena dapat dihentikan kapan saja oleh majikan atau bahkan karyawan sendiri, sementara karier adalah jangka panjang.

Dalam Fountainhead Ayn Rand, protagonis utama, Howard Roark mencari karir dan sahabatnya Peter Keating hanya mencari pekerjaan. Itu sebabnya pada akhirnya Roark membangun beberapa bangunan terbaik menggunakan keterampilan, pengalaman dan imajinasi. Di sisi lain, temannya Peter Keating bekerja hanya pada arsitektur tua. Dia bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini menunjukkan karir yang mungkin lebih menguntungkan dari pekerjaan di jangka panjang.

Selain itu, pekerjaan berakhir ketika seorang karyawan harus pensiun suatu hari terutama ketika usia tua dan majikan melihat dirinya mulai kurang berkontribusi untuk perusahaannya, karena penelitian telah menunjukkan bahwa ada tujuh ribu sel-sel otak yang hilang saat kita mencapai usia tiga puluh lima. Karir tidak bisa berakhir selama itu tidak memerlukan fisik banyak, bahkan pada usia tua. Pada akhirnya, saya sampai pada kesimpulan bahwa baik pekerjaan dan karir mungkin memiliki kepentingan yang berbeda untuk orang yang berbeda dimana sebagian orang mungkin memilih untuk melakukan pekerjaan terlebih dahulu untuk mengumpulkan modal sebelum memulai karir mereka.